Komposisi
dan Struktur Vegetasi Hutan
Taman
Wisata Gunung Meja di Manokwari
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Silvika adalah mata kuliah yang
mengajarkan bagaimana hutan dan pohon-pohonnya tumbuh dan berkembang biak serta
bereaksi terhadap perubahan-perubahan tempat tumbuh. Tanah dan iklim merupakan
dau faktor utama yang menentukan tumbuhnya hutan pada suatu tempat, misalnya
Taman Wisata Alam Gunung Meja (TWAGM) di Manokwari.
Letaknya
TWAGM di Manokwari adalah ± 100 m dpl dan berjarak kurang lebi 200 m dari
kampus Universitas Negeri Papua (Unipa) dan dapat dicapai dengan kendaraan roda
dua maupun roda empat. Letaknya strategis yaitu berdekatan dengan Manokwari
sebagai ibu kota Provinsi Papua Barat dan Unipa sebagai pusat pendidikan tinggi
di Papua, maka sangatlah menarik untuk memanfaatkannya sebagai lokasi praktek
mahasiswa maupun dosen.
Dalam praktek mata kuliah silvika
mahasiswanya mendapat kesempatan mengunjungi objek TWAGM di Manokwari untuk
mengenal lebih dekat jenis-jenis vegetasi apa saja yang membentuk atau menyusun
hutan tersebut dan bagaimana struktur vegetasinya. Informasi yang diperoleh
dari praktek silvika ini dilaporkan dalam tulisan ini.
Tujuan
Praktek
1. Mengenal
dan mengetahui lokasi Taman Wisata Alam Gunung Meja (TWAGM)
2. Mengetahui
Komposisi vegetasi hutan di TWAGM
3. Mengetahui
struktur vegetasi hutan di TWAGM
ISI
Keadaan
Umum TWAGM
1.
Letak
lokasi
Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Meja secara georafis terletak pada
koordinat 134°03'17" sampai 134°04'05" Bujur Timur dan 0°51'29"
sampai 0°52'59" Lintang Selatan. Kawasan ini terletak pada bagian Utara
Pusat Kota Manokwari, Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat dengan jarak ±
3 km, Secara administrasi TWA Gunung Meja terletak di Kecamatan Manokwari,
Kabupaten Manokwari-Papua Barat.
Gambar1. Posisi
TWA Gunung Meja di Papua Barat (courtesy of Google Earth)
2.
Luas
dan Batas-batas
Hutan
Taman Wisata Alam Gunung Meja (TWA Gunung Meja) ditetapkan melalui Surat
Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 19/Kpts/UM/I/1980, tanggal 12 Januari 1980
dengan luas areal 500 ha. Namun setelah dilakukan rekonstruksi penataan batas
kawasan pada tahun 1990 oleh Sub Balai Inventarisasi dan Penataan Hutan
Manokwari, diperoleh luasan definitif yaitu 460,25 ha.
Dalam kawasan terdapat jalan beraspal
sepanjang 7 km yang membelah kawasan dari arah Barat (Asrama Tectona mahasiswa
Unipa) ke arah timur tenggara kawasan (Kompleks Sarinah dan kampung Ayambori -Kelurahan
Manokwari Timur) selain itu kawasan ini dikelilingi jalan lingkar yang melintasi daerah Sarinah,
Ayambori, Anggori, Amban, Manggoapi, Fanindi dan Brawijaya.
3.
Topografi,
Tanah dan Iklim
Kawasan
TWA Gunung Meja berada pada ketinggian antara 16-177 m dpl. Secara umum kawasan
ini memiliki topografi yang bervariasi dari landai, sedikit bergelombang ringan
sampai berat. Dengan puncak tertinggi (Puncak Bonay) ± 177 m dpl. Daerah yang
memiliki topografi landai terdapat pada punggung bukit yang relatif datar dan
menyerupai meja, topografi bergelombang ringan terdapat pada sisi kaki gunung
sampai pada ketinggian 70 m dpl, sedangkan topografi bergelombang berat adalah
daerah punggung terutama pada sisi utara dan selatan.
Berdasarkan
hasil penelitian biofisik kawasan yang dilakukan oleh Balai Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan Papua dan Maluku (BPPKPM) Manokwari, diketahui bahwa
tanah pada hutan TWA Gunung Meja sangat bervariasi dan umumnya memiliki Lapisan
tanah bagian atas (top soil) yang sangat tipis (<30 cm). variasi tanah
tersebut adalah tanah liat, tanah berkapur, tanah berbatu, dan tanah berkarang.
Sementara hasil analisis sampel tanah yang dilakukan Balai Penelitian Tanah
(BPT) Bogor, diketahui bahwa tekstur tanah pada kawasan hutan TWA Gunung Meja
adalah lempung berliat, liat berdebu, lempung liat berdebu dan liat. Tanah pada
kawasan hutan ini bersifat agak masam sampai netral, C-organik tersedia sangat
rendah sampai tinggi, N-total tesedia sangat rendah sampai rendah, P2O5
tersedia sedang sampai tinggi, Kapasitas tukar Kation (KTK) tersedia sedang
sampai sedang, Ca tersedia sedang sampai sedang, Mg tersedia sedang sampai
tinggi, K tersedia rendah sampai sedang, Na tersedia rendah sampai sedang dan
kejenuhan basah (KB) tersedia rendah sampai sedang.
Klasifikasi
Schmidt and Furguson, kawasan ini termasuk dalam tipe iklim A. Tipe iklim
hutan hujan tropika basah yang dicirikan oleh tingginya jumlah curah hujan
tahunan tanpa ada perbedaan yang jelas antara musim penghujan dan musim kemarau
dengan curah hujan tahunan sebesar 2.684,5 mm per tahun atau sekitar 220,71 mm
per bulan. Rata-rata suhu maksimum berkisar pada 30,30C dan suhu
minimum berisar pada 23,5 0C, dengan kelembaban maksimum 88,6% dan
minimum sekitar 84%. Suhu mikro didalam kawasan hutan TWA Gunung Meja pada
hutan sekunder 30-310C.(Pengukuran dilakukan di bawah tegakan pada
musim kemarau).
4.
Flora
dan Fauna
Flora
Hasil
Penelitian Biofisik oleh Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Papua dan
Maluku (BPPKPM), diketahui bahwa jenis-jenis flora pada kawasan hutan TWA
Gunung Meja Kabupaten Manokwari adalah sebgai berikut.
a.
Komposisi Floristik Tumbuhan Berkayu
(Woody Plant)
Komposisi
tumbuhan berkayu pada kawasan hutan TWA Gunung Meja terdiri atas 101 jenis
pohon, 89 jenis tiang, 147 jenis pancang dan 162 jenis anakan. Pada tingkat
pohon terdapat 34 famili, tingkat pancang 45 famili, dan tingkat semai 48
famili.Struktur pertumbuhan pohon pada kawasan ini telah mengalami perubahan
dimana vegetasi tingkat tiang semakin sedikit.
Pada
tingkat pohon jenis yang dominan adalah Pometia coreacea, Pimelodendron amboinicium, Pometia
pinnata, Palaquium amboinicium,
dan Intsia bijuga.
Pada
tingkat tiang jenis yang dominan adalah Spathiostemon
javensis, Pimelodendron amboinicuim,
Lepiniopsis ternatensis, Pometia pinnata, dan Medusanthera laxifora.
Pada
tingkat pancang jenis yang dominan adalah Lunasia
amara, Spathiostemon javensis, Palaquium amboinensis, Horsfieldia sp., dan Pisonia umbellifera.
Pada
tingkat semai jenis yang dominan adalah Pometia
coreaceae, Palaquium amboinensis,
Spathiostemon javensis, Lunasia amara, dan Lepiniopsis ternatensis.
b.
Komposisi Floristik Tumbuhan
Non-Kayu (Non-Woody Plant)
Jenis-jenis
tumbuhan non kayu yang dominan pada kawasan hutan TWA Gunung Meja adalah Areca macrocalyx Zipp. Ex. Bl., Licuala sp., dan Caryota rumphiana Mart. (Palem), Calamus aruensis Becc., Calamus
kayensis Becc., dan Korthalsia
zippeli Burret. (Roran), Grammatophyllum
scriptum Bl.,Corymborkis veratrifolia,
dan Grammatophyllum speciosum Lindl.
(Anggrek), Donax caniformisK.Schum.,Zebrina pendula Schnitzl., dan Annanas comasus L. (herba), Bambusa vulgaris Schrad ex Wendl.,
Neololeba atra (Steud.) Widjaja, dan Schizostachyum
sp. (Bambu), Nephrolepis bisserate Shott.,
Asplenium nidus L., dan Adiantum cuneatum Lam. (Paku-pakuan), Merremia peltata, Flagellaria indica Linn., dan Zononia
sp. (Liana)
Jenis
tumbuhan non kayu yang termasuk dalam kategori langka dan dilindungi menurut
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tahun 2001 adalah Pigafetta filaris (Palem), Mucuna novoguinensis Scheff dan Archingelesia flava (L.)Merr.(Liana), Grammatophyllum speciosum dan Grammatophyllum papuanum (Anggrek).
Fauna
Hasil
Penelitian Biofisik khususnya fauna di hutan TWA Gunung Meja oleh Balai Balai
Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Papua dan Maluku (BPPKPM) Manokwari
dibagi dalam 4 kelompok, yaitu kelompok burung, kelompok herpetofauna, kelompok
mamalia dan kelompok serangga (Kupu-kupu).
Jumlah
jenis burung yang ditemukan sebanyak 35 jenis dan burung yang sering ditemukan
adalah Nectarinia aspia, Philemon buceroides, dan Meliphaga aruensis. Kelompok
herpetofauna ditemukan kadal 7 jenis dan jenis yang sering ditemukan adalah Carlia sp., dan Varanus sp., dan Lamprolepis smaradigna,
amfibi 3 jenis yaitu Litoria infrafrenata,
Bufo melanostictus dan Litoria infrafrenata, ular 9 jenis dan
jenis yang sering di temukan adalah Morelia
viridis, Dendrelaphis punctulatus dan
Furina tristis, kura-kura 1 jenis
yaitu Elseya novaguinea (Kura-kura
irian).
Kelompok
mamalia ditemukan 11 jenis, jenis yang sering dijumpai yaitu Phalanger orientalis (Kuskus coklat
biasa), Petaurus brevicps (Peluncur
gula), dan Pteropus alecto (Kalong
liat). Sedangkan kelompok kupu-kupu ditemukan sebanyak 12 jenis, jenis yang
sering dijumpai adalah Taenaris catops,
Ornithoptera priamus, dan Troides oblongamaculatus.
5.
Sejarah
TWAGM
Hutan Gunung Meja ditetapkan sebagai kawasan konservasi sejak jaman
Pemerintahan Hindian Belanda. Gagasan itu berawal pada bulan Agustus 1953,
yaitu saat kunjungan Tim Kehutanan Pemerintah Hindia Belanda, yang terdiri dari
:
Ir. J.F.V.Zieck (Kepala Seksi
Inventarisasi Hutan); Ir. J. Fokkinga
(Ketua Komisi Pertanian) dan H. Schrijn
(Kepala Pemangkuhan Hutan) ke Gunung Meja. Pada saat itu, disepakati bahwa
areal hutan primer seluas 100 ha dan hutan sekunder seluas 360 ha termasuk
jurang dan tebing-tebing karang yang ada diusulkan sebagai hutan lindung dengan
fungsi utama pengatur tata air (Hidroorologi).
Untuk mendukung kesepakatan tersebut pada tahun 1954 dilakukan
inventarisasi hutan primer seluas 100 ha, dan pada tahun 1956 dan 1957 mencapai
360 ha pada. Selain itu juga dilakukan survey tanah dan analisis vegatasi untuk
jenis-jenis pohon yang mencapai diameter 35 cm dengan intensitas sampling 10 %
oleh Jance Ainusi (pengenal jenis lokal) dan Ir. Faber (ahli botani Belanda).
Pada
awalnya, Pemerintah Belanda menetapkan hutan Gunung Meja sebgai kawasan lindung
dengan fungsi utama sebagai pengatur tata air (hutan hidro-orologis) namun kemudian
dengan pertimbangan letak dan jarak dari pusat Kota Manokwari yang sangat
dekat, maka dikembangkan beberapa fungsi kawasan hutan bagi masyarakat maupun
lingkungan hudup. Pemerintah Hindia Belanda mengembangkan aneka fungsi hutan
Lindung Gunung Meja sebagai berikut:
1. Fungsi pendidikan dan pelatihan di bidang kehutanan
2. Fungsi penelitian
3. Taman Hutan/Botanical Garden
4. Tempat rekreasi untuk masyarakat kota Manokwari.
Selain aneka fungsi tersebut pada tahun 1959, Pemerintah Hindia
Belanda juga mendorong kawasan Hutan Lindung Hidrologis Gunung Meja untuk
perlindungan satwa (Surat Kepala Seksi Pemangkuan Hutan nomor 6486/99, tanggal
September 1959, tentang Monumen Alam Hutan Lindung Gunung Meja).
Namun demikian pengelolaan aneka fungsi Hutan Lindung Gunung Meja
tersebut belum sempat terwujud, karena situasi politik yang mengharuskan
pemerintah Hindia Belanda untuk meninggalkan Nederland Neuw Guinea (Tanah
Papua) dan menyerahkan kekuasaannya di Tanah Papua (termasuk pengelolaan Hutan
Lindung Gunung Meja) ke Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1963. Kemudian
Pemerintah Republik Indonesia mempercayakan kepada Provinsi Irian Barat.
Kemudian
pada tahun 1980 sampai sekarang dengan tetap memperhatikan fungsi
hidroorologinya Pemerintah Republik Indonesia menunjuk Hutan Lindung Gunung
Meja sebagai Hutan Wisata dengan luas 500 Ha (SK Menteri Pertanian nomor
19/Kpts/Um.1/1980 tanggal 12 Januari 1980). Sejak saat ini TWA Gunung Meja dikelola
oleh Resort KSDA Manokwari, Sub Balai KSDA Papua I, Balai KSDA VIII Ambon yang
sekarang menjadi Resort KSDA Gunung Meja, Seksi Konservasi Wilayah (SKW) III
Bintuni, Bidang KSDA Wilayah II Fakfak, Balai Besar KSDA Papua Barat.
Tabel
1.Profil sejarah penetapan kawasan hutan TWA Gunung Meja secara ringkat dari
1953-1980 disajikan dalam table dibawah ini.
Tahun
|
Uraian
|
Legalitas
|
1950
|
Larangan melakukan penebangan di hutan Gunung Meja
|
Larangan melakukan Penebangan di Gunung Meja
|
1953
|
Kunjungan kepala seksi inventarisasi hutan, ketua komisis
pertanian dan kepala pemangkuan hutan ke Gunung Meja
|
Kesepakatan luas areal yang diusulkan sebagai kawasan lindung 32
ha
|
1954
|
Pendaftaran hutan Gunung Meja pada ordonansi perlindungan tanah
|
Lembaran Negara No.73 Tahun 1954
|
1957
|
Penetapan hutan Gunung Meja sebagai hutan lindung Hidroorologis
seluas 358,80 ha
|
Surat Keputusan Gubernur Nederland Nieuw Guinea No. 158 tanggal 25
Mei 1957
|
1963
|
Hutan Gunung Meja telah berlaku sebagai hutan Hidroorologis dengan
luasan 468,50 ha
|
Surat Keputusan Gubernur Irian Barat No. 44/GIB/1963 tanggal 10
September 1963
|
1980
|
Hutan Lindung Gunung Meja dirubah statusnya menjadi Hutan Wisata
Alam dengan luas 500 ha
|
Keputusan Menteri Pertanian No. 19/kpts/Um/1980 tanggal 12 Januari
1980
|
6.
Aksesbilitas
Kawasan ini terletak pada bagian Utara
Pusat Kota Manokwari, Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat dengan jarak ±
3 km, untuk mencapai kawasan ini dapat di tempuh dengan menggunakan kendaraan
roda dua ataupun roda empat. Sementara, fasilitas jalan yang terdapat di dalam
kawasan adalah jalan beraspal sepanjang 7 km yang membelah kawasan dari arah
Barat (Asrama Tectona mahasiswa Unipa) ke arah timur tenggara kawasan (Kompleks
Sarinah dan kampung Ayambori - Kelurahan Manokwari Timur) selain itu kawasan
ini dikelilingi jalan lingkar yang
melintasi daerah Sarinah, Ayambori, Anggori, Amban, Manggoapi, Fanindi dan
Brawijaya.
Komposisi
Vegetasi TWAGM
1. Vegetasi
pohon Berkayu
Komposisi tumbuhan berkayu pada kawasan
hutan TWA Gunung Meja terdiri atas 101 jenis pohon, 89 jenis tiang, 147 jenis
pancang dan 162 jenis anakan. Pada tingkat pohon terdapat 34 famili, tingkat
pancang 45 famili, dan tingkat semai 48 famili.Struktur pertumbuhan pohon pada
kawasan ini telah mengalami perubahan dimana vegetasi tingkat tiang semakin
sedikit.Diduga kurangnya vegetasi berkayu tingkat tiang disebabkan karena
frekuensi pengambilan jenis kayu pada fase pertumbuhan ini (diameter 10-20 cm)
yang sangat tinggi dan berlangsung sepanjang tahun.
2. Vegetasi Pohon tidak berkayu
Komposisi tumbuhan non kayu yang
dominan pada kawasan ini adalah Jenis Palem, Rotan, Anggrek, herba, Bambu,
Paku-pakuan, dan Liana.
3. Vegetasi
Tumbuhan Bawah
Vegetasi tumbuhan bawah
yang berada di Kawasan TWA Gunung Meja ialah banyak di tumbuhi oleh tumbuhan
tingkat semai, perdu, dan semak,
Struktur
Vegetasi TWAGM
1.
Fase-fase
/ Tingkatan Pertumbuhan Pohon
ü Semai
(Seedlings) : Tingginya kurang dari 150 cm
ü Pancang/sapihan
(Saplings) : Tingginya lebih dari 150 cm dengan diameter batang, kurang dari 10
cm
ü Tiang
(Poles) : diameter batang 10-35 cm, diameter setinggi dada
ü Pohon
: diameter batang lebih dari 30 cm
Gambar2.Struktur
Vegetasi
Tindakan
Menejemen TWAGM
1. Keamanan
Dari beberapa penelitian, menunjukan
bahwa Keragaman
flora di kawasan TWAGM cukup beragam mulai dari tumbuhan berkayu hingga
tumbuhan tidak berkayu.Namun pada jenis tumbuhan berkayu terdapat perubahan struktur vegetasi, dimana
vegetasi tingkat tiang semakin sedikit.Hal ini disebabkan karena frekuensi
pengambilan jenis kayu pada fase pertumbuhan ini (10-20 cm) yang sangat
tinggi.Pengambilan kayu yang dilakukan oleh masyarakat pada vegetasi tingkat
tiang ini umumnya digunakan untuk pembuatan pagar kebun, kerangka bangunan
rumah atau pondok dan kayu bakar. Lasamahu (1996), melaporkan pengambilan hasil
hutan dari kawasan ini adalah untuk hasil hutan kayu rata-rata sebesar 71,8100
m3 per tahun, sedangkan hasil hutan non kayu berupa bambu 0,0937 m3 per tahun,
rotan 0,0421 m3 per tahun, anggrek 27 tumbuhan per tahun.
Dari
fakta ini dapat disimpulkan bahwa dari segi keamanan TWAGM belum terjaga dengan
baik.
2.
Kebersihan
Kompas Cetak, 14 Juni 2011
Manokwari,
Kompas - Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Meja di Manokwari, menjadi tempat pembuangan sampah liar.
Kantong-kantong plastik besar berisi sampah menumpuk di beberapa titik jalan
aspal yang membelah TWA Gunung Meja dari daerah Sarinah hingga ke Kampung
Ayambori di Distrik Manokwari Barat.Tumpukan sampah juga terdapat di kawasan
hutan TWA Gunung Meja.
Bukan hanya warga yang membuang sampah di sana, petugas kebersihan
di Manokwari juga membuang sampah di Gunung Meja. Beberapa waktu lalu warga
Kampung Ayambori memergoki truk sampah milik Dinas Pekerjaan Umum Manokwari
akan membuang sampah ke hutan Gunung Meja.
Dari fakta ini, terungkap bahwa kebersihan di TWAGM biasa dikatakan
jauh dari kata Bersih, hingga sekarang pun masih banyak terdapat tumpukan
sampah di dalam kawasan TWA Gunung Meja.
3.
Pendidikan
Sesuai dengan Pengembangan fungsi kawasan TWA Gunung Meja adalah
sebagai Fungsi pendidikan dan pelatihan di bidang kehutanan dan juga
sebagai tempat penelitian, Sejak tahun 1980 sampai sekarang, berbagai
penelitian ilmiah telah banyak dilakukan, baik yang dikerjakan oleh Balai KSDA
sendiri selaku pengelola maupun yang dilakukan oleh instansi terkait, perguruan
tinggi dan lembaga swadaya masyarakat. Beberapa instansi terkait yang pernah
melakukan kegiatan survey dan penelitian di dalam kawasan TWA Gunung Meja
antara lain: Balai Penelitian Kehutanan Manokwari, dan Universitas Negeri Papua
(UNIPA). Hal ini menujukkan bahwa TWAGM memberikan banyak manfaat dan kontribusi
bagi bidang ilmu yang terkait.
PENUTUP
Kesimpulan
Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Meja
secara georafis terletak pada koordinat 134°03'17" sampai 134°04'05"
Bujur Timur dan 0°51'29" sampai 0°52'59" Lintang Selatan.
Hutan
Taman Wisata Alam Gunung Meja (TWA Gunung Meja) ditetapkan melalui Surat
Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 19/Kpts/UM/I/1980, tanggal 12 Januari 1980
dengan luas areal 500 ha. Namun setelah dilakukan rekontruksi penataan batas
kawasan pada tahun 1990 oleh Sub Balai Inventarisasi dan Penataan Hutan
Manokwari, diperoleh luasan definitif yaitu 460,25 ha.
Kawasan
TWA Gunung Meja berada pada ketinggian antara 16-177 m dpl. Klasifikasi Schmidt
and Furguson, kawasan ini termasuk dalam tipe iklim A. Tipe iklim hutan
hujan tropika basah yang dicirikan oleh tingginya jumlah curah hujan tahunan
tanpa ada perbedaan yang jelas antara musim penghujan dan musim kemarau.
Flora
dan Fauna di TWAGM sangat beragam dan bervariasi.Fase-fase pertumbuhan pohon di
kawasan TWAGM mulai dari tingkat semai, pancang, tiang hingga pohon.
Kawasan ini terletak pada bagian Utara
Pusat Kota Manokwari, Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat dengan jarak ±
3 km, untuk mencapai kawasan ini dapat di tempuh dengan menggunakan kendaraan roda
dua ataupun roda empat.
Saran
Kawasan
TWA Gunung Meja merupakan suatu areal yang ditetapkan sebagai wilayah
konservasi, alangkah baiknya apabila menejemen dan pengelolaan baik dari segi keamanan,
kebersihan dan dari segi lainnya agar lebih di perhatikan agar kawasan ini
tetap terjaga dengan baik guna kepentingan bersama.
DAFTAR PUSTAKA
Warsito,
Hadi.Mengenal lebih dekatHutan Taman Wisata Alam Gunung Meja
”Yang Terabaikan”.(Online),http://balithutmanokwari.com/index.php?option=com_content&task=view&id=36&Itemid=1. Diakses tanggal 26 september 2012.
KSDA
Provinsi Papua Barat.2010.TWAGunung Meja "AYAMFOS" Kota Manokwari.Buletin.(Online),http://www.facebook.com/notes/buletin-konservasi-kepala-burung-balai-besar-ksda-papua-barat/twa-gunung-meja-ayamfos-kota-manokwari/121556847912128.
Diakses 26 september 2012.
Lekitoo,Krisma., Metani,Onasinus. P.M.,
Remetwa,Herman dan Heatubun,Charlie.D. 2010. Keanekaragaman Flora Taman Wisata Alam Gunung Meja Papua Barat
(Jenis-Jenis Pohon Bagian-1). Cetakan Ke II Balai Penelitian Kehutanan
Manokwari. Manokwari.
Lekitoo,Krisma., Metani,Onasinus. P.M.,
Remetwa,Herman dan Heatubun,Charlie.D. 2010.Buah-buah yang dapat dimakan di Kawasan Taman Wisata Alan Gunung Meja –
Papua Barat. Cetakan Ke II Balai Penelitian Kehutanan Manokwari. Manokwari.
Wanggai, Izaac Johanis. 2007. Demografi Jenis-jenis Merbau (Intsia sp) di Hutan Taman Wisata Alam
Gunung Meja.Fakultas Kehutanan,Universitas Negeri Papua. Manokwari.
Kompas.
2011. TWA Gunung Meja jadi “Tempat
Sampah”. Berita.(Online), http://www.pili.or.id/artikel/twa-gunung-meja-jadi-tempat-sampah.Diakses tanggal 10 Oktober 2012.
Thanks isi artikel ini sangat membantu saya
ReplyDeletevisit back YoOOo
http://ilmupontianak.blogspot.com/2014/02/emule-p2p-client.html