Sunday, September 1, 2013

Komposisi dan Struktur Vegetasi Hutan TWGA - Manokwari



Komposisi dan Struktur Vegetasi Hutan
Taman Wisata Gunung Meja di Manokwari


PENDAHULUAN

Latar Belakang
Silvika adalah mata kuliah yang mengajarkan bagaimana hutan dan pohon-pohonnya tumbuh dan berkembang biak serta bereaksi terhadap perubahan-perubahan tempat tumbuh. Tanah dan iklim merupakan dau faktor utama yang menentukan tumbuhnya hutan pada suatu tempat, misalnya Taman Wisata Alam Gunung Meja (TWAGM) di Manokwari.
Letaknya TWAGM di Manokwari adalah ± 100 m dpl dan berjarak kurang lebi 200 m dari kampus Universitas Negeri Papua (Unipa) dan dapat dicapai dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Letaknya strategis yaitu berdekatan dengan Manokwari sebagai ibu kota Provinsi Papua Barat dan Unipa sebagai pusat pendidikan tinggi di Papua, maka sangatlah menarik untuk memanfaatkannya sebagai lokasi praktek mahasiswa maupun dosen.
Dalam praktek mata kuliah silvika mahasiswanya mendapat kesempatan mengunjungi objek TWAGM di Manokwari untuk mengenal lebih dekat jenis-jenis vegetasi apa saja yang membentuk atau menyusun hutan tersebut dan bagaimana struktur vegetasinya. Informasi yang diperoleh dari praktek silvika ini dilaporkan dalam tulisan ini.

Tujuan Praktek
1.      Mengenal dan mengetahui lokasi Taman Wisata Alam Gunung Meja (TWAGM)
2.      Mengetahui Komposisi vegetasi hutan di TWAGM
3.      Mengetahui struktur vegetasi hutan di TWAGM

  
ISI

Keadaan Umum TWAGM

1.      Letak lokasi
Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Meja secara georafis terletak pada koordinat 134°03'17" sampai 134°04'05" Bujur Timur dan 0°51'29" sampai 0°52'59" Lintang Selatan. Kawasan ini terletak pada bagian Utara Pusat Kota Manokwari, Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat dengan jarak ± 3 km, Secara administrasi TWA Gunung Meja terletak di Kecamatan Manokwari, Kabupaten Manokwari-Papua Barat.


Gambar1. Posisi TWA Gunung Meja di Papua Barat (courtesy of Google Earth)

2.      Luas dan Batas-batas
Hutan Taman Wisata Alam Gunung Meja (TWA Gunung Meja) ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 19/Kpts/UM/I/1980, tanggal 12 Januari 1980 dengan luas areal 500 ha. Namun setelah dilakukan rekonstruksi penataan batas kawasan pada tahun 1990 oleh Sub Balai Inventarisasi dan Penataan Hutan Manokwari, diperoleh luasan definitif yaitu 460,25 ha.
Dalam kawasan terdapat jalan beraspal sepanjang 7 km yang membelah kawasan dari arah Barat (Asrama Tectona mahasiswa Unipa) ke arah timur tenggara kawasan (Kompleks Sarinah dan kampung Ayambori -Kelurahan Manokwari Timur) selain itu kawasan ini dikelilingi  jalan lingkar yang melintasi daerah Sarinah, Ayambori, Anggori, Amban, Manggoapi, Fanindi dan Brawijaya.

3.      Topografi, Tanah dan Iklim
Kawasan TWA Gunung Meja berada pada ketinggian antara 16-177 m dpl. Secara umum kawasan ini memiliki topografi yang bervariasi dari landai, sedikit bergelombang ringan sampai berat. Dengan puncak tertinggi (Puncak Bonay) ± 177 m dpl. Daerah yang memiliki topografi landai terdapat pada punggung bukit yang relatif datar dan menyerupai meja, topografi bergelombang ringan terdapat pada sisi kaki gunung sampai pada ketinggian 70 m dpl, sedangkan topografi bergelombang berat adalah daerah punggung terutama pada sisi utara dan selatan.
Berdasarkan hasil penelitian biofisik kawasan yang dilakukan oleh Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Papua dan Maluku (BPPKPM) Manokwari, diketahui bahwa tanah pada hutan TWA Gunung Meja sangat bervariasi dan umumnya memiliki Lapisan tanah bagian atas (top soil) yang sangat tipis (<30 cm). variasi tanah tersebut adalah tanah liat, tanah berkapur, tanah berbatu, dan tanah berkarang. Sementara hasil analisis sampel tanah yang dilakukan Balai Penelitian Tanah (BPT) Bogor, diketahui bahwa tekstur tanah pada kawasan hutan TWA Gunung Meja adalah lempung berliat, liat berdebu, lempung liat berdebu dan liat. Tanah pada kawasan hutan ini bersifat agak masam sampai netral, C-organik tersedia sangat rendah sampai tinggi, N-total tesedia sangat rendah sampai rendah, P2O5 tersedia sedang sampai tinggi, Kapasitas tukar Kation (KTK) tersedia sedang sampai sedang, Ca tersedia sedang sampai sedang, Mg tersedia sedang sampai tinggi, K tersedia rendah sampai sedang, Na tersedia rendah sampai sedang dan kejenuhan basah (KB) tersedia rendah sampai sedang.
Klasifikasi Schmidt and Furguson, kawasan ini termasuk dalam  tipe iklim A. Tipe iklim hutan hujan tropika basah yang dicirikan oleh tingginya jumlah curah hujan tahunan tanpa ada perbedaan yang jelas antara musim penghujan dan musim kemarau dengan curah hujan tahunan sebesar 2.684,5 mm per tahun atau sekitar 220,71 mm per bulan. Rata-rata suhu maksimum berkisar pada 30,30C dan suhu minimum berisar pada 23,5 0C, dengan kelembaban maksimum 88,6% dan minimum sekitar 84%. Suhu mikro didalam kawasan hutan TWA Gunung Meja pada hutan sekunder 30-310C.(Pengukuran dilakukan di bawah tegakan pada musim kemarau).

4.      Flora dan Fauna
Flora
Hasil Penelitian Biofisik oleh Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Papua dan Maluku (BPPKPM), diketahui bahwa jenis-jenis flora pada kawasan hutan TWA Gunung Meja Kabupaten Manokwari adalah sebgai berikut.
a.      Komposisi Floristik Tumbuhan Berkayu (Woody Plant)
Komposisi tumbuhan berkayu pada kawasan hutan TWA Gunung Meja terdiri atas 101 jenis pohon, 89 jenis tiang, 147 jenis pancang dan 162 jenis anakan. Pada tingkat pohon terdapat 34 famili, tingkat pancang 45 famili, dan tingkat semai 48 famili.Struktur pertumbuhan pohon pada kawasan ini telah mengalami perubahan dimana vegetasi tingkat tiang semakin sedikit.
Pada tingkat  pohon jenis yang dominan adalah Pometia coreacea, Pimelodendron amboinicium, Pometia pinnata, Palaquium amboinicium, dan Intsia bijuga.
Pada tingkat tiang jenis yang dominan adalah Spathiostemon javensis, Pimelodendron amboinicuim, Lepiniopsis ternatensis, Pometia pinnata, dan Medusanthera laxifora.
Pada tingkat pancang jenis yang dominan adalah Lunasia amara, Spathiostemon javensis, Palaquium amboinensis, Horsfieldia sp., dan Pisonia umbellifera.
Pada tingkat semai jenis yang dominan adalah Pometia coreaceae, Palaquium amboinensis, Spathiostemon javensis, Lunasia amara, dan Lepiniopsis ternatensis.

b.      Komposisi Floristik Tumbuhan Non-Kayu (Non-Woody Plant)
Jenis-jenis tumbuhan non kayu yang dominan pada kawasan hutan TWA Gunung Meja adalah Areca macrocalyx Zipp. Ex. Bl., Licuala sp., dan Caryota rumphiana Mart. (Palem), Calamus aruensis Becc., Calamus kayensis Becc., dan Korthalsia zippeli Burret. (Roran), Grammatophyllum scriptum Bl.,Corymborkis veratrifolia, dan Grammatophyllum speciosum Lindl. (Anggrek), Donax caniformisK.Schum.,Zebrina pendula Schnitzl., dan Annanas comasus L. (herba), Bambusa vulgaris Schrad ex Wendl., Neololeba atra (Steud.) Widjaja, dan Schizostachyum sp. (Bambu), Nephrolepis bisserate Shott., Asplenium nidus L., dan Adiantum cuneatum Lam. (Paku-pakuan), Merremia peltata, Flagellaria indica Linn., dan Zononia sp. (Liana)
Jenis tumbuhan non kayu yang termasuk dalam kategori langka dan dilindungi menurut Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tahun 2001 adalah Pigafetta filaris (Palem), Mucuna novoguinensis Scheff dan Archingelesia flava (L.)Merr.(Liana), Grammatophyllum speciosum dan Grammatophyllum papuanum (Anggrek).

Fauna
Hasil Penelitian Biofisik khususnya fauna di hutan TWA Gunung Meja oleh Balai Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Papua dan Maluku (BPPKPM) Manokwari dibagi dalam 4 kelompok, yaitu kelompok burung, kelompok herpetofauna, kelompok mamalia dan kelompok serangga (Kupu-kupu).
Jumlah jenis burung yang ditemukan sebanyak 35 jenis dan burung yang sering ditemukan adalah Nectarinia aspia, Philemon buceroides, dan Meliphaga aruensis. Kelompok herpetofauna ditemukan kadal 7 jenis dan jenis yang sering ditemukan adalah Carlia sp., dan Varanus sp., dan Lamprolepis smaradigna, amfibi 3 jenis yaitu Litoria infrafrenata, Bufo melanostictus dan Litoria infrafrenata, ular 9 jenis dan jenis yang sering di temukan adalah Morelia viridis, Dendrelaphis punctulatus dan Furina tristis, kura-kura 1 jenis yaitu Elseya novaguinea (Kura-kura irian).
Kelompok mamalia ditemukan 11 jenis, jenis yang sering dijumpai yaitu Phalanger orientalis (Kuskus coklat biasa), Petaurus brevicps (Peluncur gula), dan Pteropus alecto (Kalong liat). Sedangkan kelompok kupu-kupu ditemukan sebanyak 12 jenis, jenis yang sering dijumpai adalah Taenaris catops, Ornithoptera priamus, dan Troides oblongamaculatus.

5.      Sejarah TWAGM
Hutan Gunung Meja ditetapkan sebagai kawasan konservasi sejak jaman Pemerintahan Hindian Belanda. Gagasan itu berawal pada bulan Agustus 1953, yaitu saat kunjungan Tim Kehutanan Pemerintah Hindia Belanda, yang terdiri dari :
Ir. J.F.V.Zieck (Kepala Seksi Inventarisasi Hutan); Ir. J. Fokkinga (Ketua Komisi Pertanian) dan H. Schrijn (Kepala Pemangkuhan Hutan) ke Gunung Meja. Pada saat itu, disepakati bahwa areal hutan primer seluas 100 ha dan hutan sekunder seluas 360 ha termasuk jurang dan tebing-tebing karang yang ada diusulkan sebagai hutan lindung dengan fungsi utama pengatur tata air (Hidroorologi).
Untuk mendukung kesepakatan tersebut pada tahun 1954 dilakukan inventarisasi hutan primer seluas 100 ha, dan pada tahun 1956 dan 1957 mencapai 360 ha pada. Selain itu juga dilakukan survey tanah dan analisis vegatasi untuk jenis-jenis pohon yang mencapai diameter 35 cm dengan intensitas sampling 10 % oleh Jance Ainusi (pengenal jenis lokal) dan Ir. Faber (ahli botani Belanda).
Pada awalnya, Pemerintah Belanda menetapkan hutan Gunung Meja sebgai kawasan lindung dengan fungsi utama sebagai pengatur tata air (hutan hidro-orologis) namun kemudian dengan pertimbangan letak dan jarak dari pusat Kota Manokwari yang sangat dekat, maka dikembangkan beberapa fungsi kawasan hutan bagi masyarakat maupun lingkungan hudup. Pemerintah Hindia Belanda mengembangkan aneka fungsi hutan Lindung Gunung Meja sebagai berikut:
1. Fungsi pendidikan dan pelatihan di bidang kehutanan
2. Fungsi penelitian
3. Taman Hutan/Botanical Garden
4. Tempat rekreasi untuk masyarakat kota Manokwari.


Selain aneka fungsi tersebut pada tahun 1959, Pemerintah Hindia Belanda juga mendorong kawasan Hutan Lindung Hidrologis Gunung Meja untuk perlindungan satwa (Surat Kepala Seksi Pemangkuan Hutan nomor 6486/99, tanggal September 1959, tentang Monumen Alam Hutan Lindung Gunung Meja).
Namun demikian pengelolaan aneka fungsi Hutan Lindung Gunung Meja tersebut belum sempat terwujud, karena situasi politik yang mengharuskan pemerintah Hindia Belanda untuk meninggalkan Nederland Neuw Guinea (Tanah Papua) dan menyerahkan kekuasaannya di Tanah Papua (termasuk pengelolaan Hutan Lindung Gunung Meja) ke Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1963. Kemudian Pemerintah Republik Indonesia mempercayakan kepada Provinsi Irian Barat. 
Kemudian pada tahun 1980 sampai sekarang dengan tetap memperhatikan fungsi hidroorologinya Pemerintah Republik Indonesia menunjuk Hutan Lindung Gunung Meja sebagai Hutan Wisata dengan luas 500 Ha (SK Menteri Pertanian nomor 19/Kpts/Um.1/1980 tanggal 12 Januari 1980). Sejak saat ini TWA Gunung Meja dikelola oleh Resort KSDA Manokwari, Sub Balai KSDA Papua I, Balai KSDA VIII Ambon yang sekarang menjadi Resort KSDA Gunung Meja, Seksi Konservasi Wilayah (SKW) III Bintuni, Bidang KSDA Wilayah II Fakfak, Balai Besar KSDA Papua Barat.

Tabel 1.Profil sejarah penetapan kawasan hutan TWA Gunung Meja secara ringkat dari 1953-1980 disajikan dalam table dibawah ini.
Tahun
Uraian
Legalitas
1950
Larangan melakukan penebangan di hutan Gunung Meja
Larangan melakukan Penebangan di Gunung Meja
1953
Kunjungan kepala seksi inventarisasi hutan, ketua komisis pertanian dan kepala pemangkuan hutan ke Gunung Meja
Kesepakatan luas areal yang diusulkan sebagai kawasan lindung 32 ha
1954
Pendaftaran hutan Gunung Meja pada ordonansi perlindungan tanah
Lembaran Negara No.73 Tahun 1954
1957
Penetapan hutan Gunung Meja sebagai hutan lindung Hidroorologis seluas 358,80 ha
Surat Keputusan Gubernur Nederland Nieuw Guinea No. 158 tanggal 25 Mei 1957
1963
Hutan Gunung Meja telah berlaku sebagai hutan Hidroorologis dengan luasan 468,50 ha
Surat Keputusan Gubernur Irian Barat No. 44/GIB/1963 tanggal 10 September 1963
1980
Hutan Lindung Gunung Meja dirubah statusnya menjadi Hutan Wisata Alam dengan luas 500 ha
Keputusan Menteri Pertanian No. 19/kpts/Um/1980 tanggal 12 Januari 1980


6.      Aksesbilitas
Kawasan ini terletak pada bagian Utara Pusat Kota Manokwari, Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat dengan jarak ± 3 km, untuk mencapai kawasan ini dapat di tempuh dengan menggunakan kendaraan roda dua ataupun roda empat. Sementara, fasilitas jalan yang terdapat di dalam kawasan adalah jalan beraspal sepanjang 7 km yang membelah kawasan dari arah Barat (Asrama Tectona mahasiswa Unipa) ke arah timur tenggara kawasan (Kompleks Sarinah dan kampung Ayambori - Kelurahan Manokwari Timur) selain itu kawasan ini dikelilingi  jalan lingkar yang melintasi daerah Sarinah, Ayambori, Anggori, Amban, Manggoapi, Fanindi dan Brawijaya.

Komposisi Vegetasi TWAGM
            1.         Vegetasi pohon Berkayu
Komposisi tumbuhan berkayu pada kawasan hutan TWA Gunung Meja terdiri atas 101 jenis pohon, 89 jenis tiang, 147 jenis pancang dan 162 jenis anakan. Pada tingkat pohon terdapat 34 famili, tingkat pancang 45 famili, dan tingkat semai 48 famili.Struktur pertumbuhan pohon pada kawasan ini telah mengalami perubahan dimana vegetasi tingkat tiang semakin sedikit.Diduga kurangnya vegetasi berkayu tingkat tiang disebabkan karena frekuensi pengambilan jenis kayu pada fase pertumbuhan ini (diameter 10-20 cm) yang sangat tinggi dan berlangsung sepanjang tahun.

            2.         Vegetasi Pohon tidak berkayu
Komposisi tumbuhan non kayu yang dominan pada kawasan ini adalah Jenis Palem, Rotan, Anggrek, herba, Bambu, Paku-pakuan, dan Liana.

           3.         Vegetasi Tumbuhan Bawah
Vegetasi tumbuhan bawah yang berada di Kawasan TWA Gunung Meja ialah banyak di tumbuhi oleh tumbuhan tingkat semai, perdu, dan semak,


Struktur Vegetasi TWAGM

1.      Fase-fase / Tingkatan Pertumbuhan Pohon
ü  Semai (Seedlings) : Tingginya kurang dari 150 cm
ü  Pancang/sapihan (Saplings) : Tingginya lebih dari 150 cm dengan diameter batang, kurang dari 10 cm
ü  Tiang (Poles) : diameter batang 10-35 cm, diameter setinggi dada
ü  Pohon : diameter batang lebih dari 30 cm

Gambar2.Struktur Vegetasi

Tindakan Menejemen TWAGM
1.         Keamanan
Dari beberapa penelitian, menunjukan bahwa Keragaman flora di kawasan TWAGM cukup beragam mulai dari tumbuhan berkayu hingga tumbuhan tidak berkayu.Namun pada jenis tumbuhan berkayu terdapat perubahan struktur vegetasi, dimana vegetasi tingkat tiang semakin sedikit.Hal ini disebabkan karena frekuensi pengambilan jenis kayu pada fase pertumbuhan ini (10-20 cm) yang sangat tinggi.Pengambilan kayu yang dilakukan oleh masyarakat pada vegetasi tingkat tiang ini umumnya digunakan untuk pembuatan pagar kebun, kerangka bangunan rumah atau pondok dan kayu bakar. Lasamahu (1996), melaporkan pengambilan hasil hutan dari kawasan ini adalah untuk hasil hutan kayu rata-rata sebesar 71,8100 m3 per tahun, sedangkan hasil hutan non kayu berupa bambu 0,0937 m3 per tahun, rotan 0,0421 m3 per tahun, anggrek 27 tumbuhan per tahun.
Dari fakta ini dapat disimpulkan bahwa dari segi keamanan TWAGM belum terjaga dengan baik.

2.                  Kebersihan
Kompas Cetak, 14 Juni 2011
Manokwari, Kompas - Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Meja di Manokwari,  menjadi tempat pembuangan sampah liar. Kantong-kantong plastik besar berisi sampah menumpuk di beberapa titik jalan aspal yang membelah TWA Gunung Meja dari daerah Sarinah hingga ke Kampung Ayambori di Distrik Manokwari Barat.Tumpukan sampah juga terdapat di kawasan hutan TWA Gunung Meja.
Bukan hanya warga yang membuang sampah di sana, petugas kebersihan di Manokwari juga membuang sampah di Gunung Meja. Beberapa waktu lalu warga Kampung Ayambori memergoki truk sampah milik Dinas Pekerjaan Umum Manokwari akan membuang sampah ke hutan Gunung Meja.
Dari fakta ini, terungkap bahwa kebersihan di TWAGM biasa dikatakan jauh dari kata Bersih, hingga sekarang pun masih banyak terdapat tumpukan sampah di dalam kawasan TWA Gunung Meja.

3.                  Pendidikan
Sesuai dengan Pengembangan fungsi kawasan TWA Gunung Meja adalah sebagai Fungsi pendidikan dan pelatihan di bidang kehutanan dan juga sebagai tempat penelitian, Sejak tahun 1980 sampai sekarang, berbagai penelitian ilmiah telah banyak dilakukan, baik yang dikerjakan oleh Balai KSDA sendiri selaku pengelola maupun yang dilakukan oleh instansi terkait, perguruan tinggi dan lembaga swadaya masyarakat. Beberapa instansi terkait yang pernah melakukan kegiatan survey dan penelitian di dalam kawasan TWA Gunung Meja antara lain: Balai Penelitian Kehutanan Manokwari, dan Universitas Negeri Papua (UNIPA). Hal ini menujukkan bahwa TWAGM memberikan banyak manfaat dan kontribusi bagi bidang ilmu yang terkait.  

 PENUTUP

Kesimpulan
Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Meja secara georafis terletak pada koordinat 134°03'17" sampai 134°04'05" Bujur Timur dan 0°51'29" sampai 0°52'59" Lintang Selatan.
Hutan Taman Wisata Alam Gunung Meja (TWA Gunung Meja) ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 19/Kpts/UM/I/1980, tanggal 12 Januari 1980 dengan luas areal 500 ha. Namun setelah dilakukan rekontruksi penataan batas kawasan pada tahun 1990 oleh Sub Balai Inventarisasi dan Penataan Hutan Manokwari, diperoleh luasan definitif yaitu 460,25 ha.
Kawasan TWA Gunung Meja berada pada ketinggian antara 16-177 m dpl. Klasifikasi Schmidt and Furguson, kawasan ini termasuk dalam  tipe iklim A. Tipe iklim hutan hujan tropika basah yang dicirikan oleh tingginya jumlah curah hujan tahunan tanpa ada perbedaan yang jelas antara musim penghujan dan musim kemarau.
Flora dan Fauna di TWAGM sangat beragam dan bervariasi.Fase-fase pertumbuhan pohon di kawasan TWAGM mulai dari tingkat semai, pancang, tiang hingga pohon.
Kawasan ini terletak pada bagian Utara Pusat Kota Manokwari, Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat dengan jarak ± 3 km, untuk mencapai kawasan ini dapat di tempuh dengan menggunakan kendaraan roda dua ataupun roda empat.

Saran
Kawasan TWA Gunung Meja merupakan suatu areal yang ditetapkan sebagai wilayah konservasi, alangkah baiknya apabila menejemen dan pengelolaan baik dari segi keamanan, kebersihan dan dari segi lainnya agar lebih di perhatikan agar kawasan ini tetap terjaga dengan baik guna kepentingan bersama.



DAFTAR PUSTAKA

Warsito, Hadi.Mengenal lebih dekatHutan Taman Wisata Alam Gunung Meja ”Yang Terabaikan”.(Online),http://balithutmanokwari.com/index.php?option=com_content&task=view&id=36&Itemid=1. Diakses tanggal 26 september 2012.

Diakses 26 september 2012.

Lekitoo,Krisma., Metani,Onasinus. P.M., Remetwa,Herman dan Heatubun,Charlie.D. 2010. Keanekaragaman Flora Taman Wisata Alam Gunung Meja Papua Barat (Jenis-Jenis Pohon Bagian-1). Cetakan Ke II Balai Penelitian Kehutanan Manokwari. Manokwari.

Lekitoo,Krisma., Metani,Onasinus. P.M., Remetwa,Herman dan Heatubun,Charlie.D. 2010.Buah-buah yang dapat dimakan di Kawasan Taman Wisata Alan Gunung Meja – Papua Barat. Cetakan Ke II Balai Penelitian Kehutanan Manokwari. Manokwari.

Wanggai, Izaac Johanis. 2007. Demografi Jenis-jenis Merbau (Intsia sp) di Hutan Taman Wisata Alam Gunung Meja.Fakultas Kehutanan,Universitas Negeri Papua. Manokwari.

Kompas. 2011. TWA Gunung Meja jadi “Tempat Sampah”. Berita.(Online), http://www.pili.or.id/artikel/twa-gunung-meja-jadi-tempat-sampah.Diakses tanggal 10 Oktober 2012.

1 comment:

  1. Thanks isi artikel ini sangat membantu saya
    visit back YoOOo
    http://ilmupontianak.blogspot.com/2014/02/emule-p2p-client.html

    ReplyDelete