Sunday, September 1, 2013

Hubungan Kayu dan Air - Dasar Teknologi Kayu



“HUBUNGAN KAYU DAN AIR”


PENDAHULUAN


Latar Belakang
      
Kayu berasal dari pohon. Namun demikian, tidak semua tumbuhan memiliki batang berkayu. Kriteria yang umum digunakan sebagai ciri untuk membedakan tumbuhan berkayu dan tumbuhan tidak berkayu adalah tumbuhan berkayu haruslah tumbuhan Vaskuler, artinya memiliki jaringan pengangkut (Xylem dan Phloem), tumbuhan tersebut perennial, artinya dapat berumur beberapa tahun, tumbuhan tersebut dapat hidup dari tahun ke tahun dan mempunyai batang, dan tumbuhan tersebut mengalami penebalan sekunder, artinya mempunyai batang yang bertambah besar (menambah diameter). Pada umumnya ada tiga macam tumbuhan berkayu : pohon, semak, dan liana berkayu.
                  Setiap potong kayu, tanpa memperhatikan asalnya, memiliki beberapa ciri secara umum yaitu semua kayu adalah struktur bersel, bersifat anisotropis, yaitu menunjukan adanya perbedaan sifat fisika bila diamati pada ketiga arah yang bebeda (tangensial, longitudinal, dan radial), bersifat higroskopis, yaitu melepas dan mengisap air/uap air sebagai akibat perubahan suhu dan kelembaban lingkungan, dapat dihancurkan secara biologis, dapat terbakar, cukup tahan terhadap bahan kimia, dan kayu cukup awet.
     Diantara sifat kayu tadi, salah satunya ialah sifat higroskopisitasnya.Sifat higroskopisitas kayu tidak lain adalah akibat adanya hubungan kayu dengan air.


 PEMBAHASAN


Pengertian Kayu

     Kayu merupakan bahan organic yang terdiri dari selulosa, hemiselulosa dan lignin serta zat ekstraktif. Kayu juga merupakan salah satu produk alam berupa bahan berlignosesulosa hasil proses fotosintesis dari tumbuhan berupa pohon. Pohon didefinisikan sebagai tanaman berkayu yang mempunyai tinggi 15-20 kaki atau lebih dengan batang pokok yang tunggal. Pertambahan volume pada batang pohon terjadi karena pertumbuhan tinggi dan diameter. Pertumbuhan memanjang pohon merupakan hasil peningkatan jaringan yang berasal dari meristem apical pada ujung pohon dan pertambahan diameter terjadi karena meristem lateral yaitu cambium vaskuler antara xylem (kayu) dan phloem (kulit).

Sifat Kayu hubungannya dengan air

      Kayu yang tersusun oleh lignoselusosa menyebabkan kayu bersifat higroskopis yaitu menyerap air pada kondisi lebih kering dan akan melepas air pada kondisi lebih basah dari lingkungannya. Susunan sel yang berbeda pada bidang yang terdapat pada kayu menyebabkan kayu memiliki sifat yang berbeda pada tiga bidang yang dimilikinya yaitu tangensial, radial, dan longitudinal yang biasa disebut dengan sifat anisotropis. Sebagai akibat dari sifat higroskopis dan anisotropis menyebabkan kayu memiliki karakteristik yang unik dibandingkan bahan lain yaitu mengalami kembang susut yang berbeda pada arah tiga dimensinya (tangensial, radial, dan longitudinal).
      Kelembaban kayu sangat dipengaruhi oleh kelembaban dan suhu udara pada suatu saat. Makin lembab udara di sekitarnya akan makin tinggi pula kelembaban kayu sampai keseimbangan dengan lingkungannya. Dengan masuknya air ke dalam kayu itu, maka berat kayu akan bertambah. Selanjutnya masuk dan keluarnya air dari kayu menyebabkan kayu itu basah atau kering. Akibatnya kayu itu akan mengembang atau menyusut (Dumanauw,2003).
Perubahan-perubahan kadar air umumnya sangat besar pada permukaan kayu dimana perubahan-perubahan kadar air berlangsung cepat. Sebaliknya di bagian dalam kayu perubahan kadar air lembih lambat, sebab waktu yang dibutuhkan oleh air untuk berdifusi dari atau ke bagian luar kayu lebih lama. Oleh karena itu, dalam sepotong kayu umumnya terdapat dua kelainan kadar air kayu, yaitu kadar yang rendah (kecil) pada permukaan kayu dan kadar air yang tinggi (besar) pada bagian dalam kayu.
     Diantara sifat fisis kayu yang paling penting adalah berat jenis dan sifat higroskopisitasnya. Sifat higroskopisitas kayu tidak lain adalah akibat adanya hubungan kayu dengan air.
     Kayu bersifat higroskopis yaitu menyerap air pada kondisi lebih kering dan akan melepas air pada kondisi lebih basah dari lingkungannya. dan umumnya pohon yang masih berdiri mengandung air hingga 200 – 300 % dari volume pohon tersebut. Apabila pohon ditebang dan kayunya diambil, maka kayu tersebut akan mulai kehilangan kadar airnya karena tidak lagi mampu menyerap air dan akan melepaskan air karena kondisi lingkungan disekitarnya.
     Kadar air kayu berturut-turut dimulai dari kondisi segar, basah, titik jenuh serat, kadar air tertentu, kering udara dan kering tanur. Brown et al. (1952) menyatakan kadar air kayu adalah banyaknya air yang terdapat dalam kayu yang dinyatakan dalam persen terhadap berat kering tanurnya. Dengan demikian standar kekeringan kayu adalah pada saat kering tanur.

Kandungan air dalam Kayu

     Air di dalam kayu terdiri dari dua bentuk air terikat dan air bebas. Air terikat adalah air yang terdapat pada dinding sel. Air bebas terdapat pada rongga sel. Jumlah air bebas tergantung porositas dan volume kayu (Siau, 1971).
     Air dalam kayu tediri dari air bebas dan air terikat dimana keduaanya secara bersama-sama menentukan kadar air kayu.
     Air dalam kayu segar teletak di dalam dinding sel dan dalam rongga kayu. Apabila kayu dikeringkan selama pengelolaan semua cairan dalam rongga sel dikeluarkan. Akan tetapi, rongga sel akan selalu berisi sejumlah uap air. Selama terdapat air di dalam rongga sel, dinding sel akan jenuh. Selain itu, kebanyakan sifat fisis kayu (selain berat) tidak dipengaruhi oleh perbedaan mengenai banyaknya air dalam rongga sel (Haygreen dan Bowyer, 1996). Dalam satu pohon kadar air segar bervariasi tergantung tempat tumbuh dan umur pohon (Haygreen dan Bowyer, 1993).
                 Kollmann dan Cote (1968) menyatakan bahwa biasanya kayu akan bertambah kuat apabila terjadi penurunan kadar air, terutama bila terjadi dibawah titik jenuh serat.  Berat, penyusutan, kekuatan dan sifat lainnya tergantung pada kadar air kayu.


 PENUTUP

Kesimpulan

·      ciri untuk membedakan tumbuhan berkayu dan tumbuhan tidak berkayu adalah tumbuhan berkayu haruslah tumbuhan Vaskuler, artinya memiliki jaringan pengangkut (Xylem dan Phloem), tumbuhan tersebut perennial, artinya dapat berumur beberapa tahun, tumbuhan tersebut dapat hidup dari tahun ke tahun dan mempunyai batang, dan tumbuhan tersebut mengalami penebalan sekunder, artinya mempunyai batang yang bertambah besar (menambah diameter).

·      Ciri-ciri umum kayu ialah struktur bersel, bersifat anisotropis, yaitu menunjukan adanya perbedaan sifat fisika bila diamati pada ketiga arah yang bebeda (tangensial, longitudinal, dan radial), bersifat higroskopis, yaitu melepas dan mengisap air/uap air sebagai akibat perubahan suhu dan kelembaban lingkungan, dapat dihancurkan secara biologis, dapat terbakar, cukup tahan terhadap bahan kimia, dan kayu cukup awet.

·      Diantara sifat kayu, salah satunya ialah sifat higroskopisitasnya. Sifat higroskopisitas kayu tidak lain adalah akibat adanya hubungan kayu dengan air.

·      Kayu yang tersusun oleh lignoselusosa menyebabkan kayu bersifat higroskopis yaitu menyerap air pada kondisi lebih kering dan akan melepas air pada kondisi lebih basah dari lingkungannya.

·      Masuknya air ke dalam kayu, maka berat kayu akan bertambah. Selanjutnya masuk dan keluarnya air dari kayu menyebabkan kayu itu basah atau kering. Akibatnya kayu itu akan mengembang atau menyusut (Dumanauw,2003).

·      Dalam sepotong kayu umumnya terdapat dua kelainan kadar air kayu, yaitu kadar yang rendah (kecil) pada permukaan kayu dan kadar air yang tinggi (besar) pada bagian dalam kayu.

·      Kadar air kayu berturut-turut dimulai dari kondisi segar, basah, titik jenuh serat, kadar air tertentu, kering udara dan kering tanur. Brown et al. (1952) menyatakan kadar air kayu adalah banyaknya air yang terdapat dalam kayu yang dinyatakan dalam persen terhadap berat kering tanurnya. Dengan demikian standar kekeringan kayu adalah pada saat kering tanur.

·      Air di dalam kayu terdiri dari dua bentuk air terikat dan air bebas. Air terikat adalah air yang terdapat pada dinding sel. Air bebas terdapat pada rongga sel.

·      Kollmann dan Cote (1968) menyatakan bahwa biasanya kayu akan bertambah kuat apabila terjadi penurunan kadar air, terutama bila terjadi dibawah titik jenuh serat.  Berat, penyusutan, kekuatan dan sifat lainnya tergantung pada kadar air kayu.



Dinamika Populasi

Dinamika Populasi


PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pengetahuan tentang populasi sebagai salah satu bagian dari pengetahuan ekologi dan silvika telah berkembang menjadi semakin luas. Dinamika populasi tampaknya telah berkembang menjadi pengetahuan yang dapat berdiri sendiri. Dalam perkembangannya pengetahuan itu banyak mengembangkan kaidah-kaidah matematika terutama dalam pembahasan kepadatan dan pertumbuhan populasi. Pengembangan kaidah-kaidah matematika itu sangat berguna untuk menentukan dan memprediksikan pertumbuhan populasi organisme di masa yang akan datang. Penggunaan kaidah matematika itu tidak hanya memperhatikan pertumbuhan populasi dari satu sisi yaitu jenis organisme yang di pelajari, tetapi juga memperhatikan adanya pengaruh dari faktor-faktor lingkungan, baik biotik maupun abiotik. Pengetahuan tentang dinamika populasi menyadarkan orang untuk mengendalikan populasi dari pertumbuhan meledak ataupun punah.
Populasi adalah kelompok jenis hidup yang sama dan menempati pada suatu tempat dan ruang tertentu. Populasi dapat didefinisikan pada berbagai skala ruang. Bahkan seluruh individu sejenis dapat dipandang sebagai sebuah populasi.
Untuk memahami tentang hal-hal yang berkaitan dengan populasi kita harus mengenal istilah-istilah yang dipakai, bahkan karena penelitian tentang populasi menggunakan angka-angka, maka juga harus mengerti tentang matematika.
Masalah yang akan di bahas dalam makalah ini meliputi pengertian populasi, ciri-ciri populasi, kerapatan populasi dan cara pengukurannya, pengukuran kerapatan nisbi, kelangkaan hewan, parameter utama populasi, distribusi individu dalam populasi, struktur utama populasi, piramida ekologi dan pertumbuhan populasi, yang nantinya dari ha-hal ini dapat membantu kita untuk menyimpulkan bahwa dalam suatu populasi itu terdapat pertumbuhan atau penurunan (dinamika populasi).

Tujuan
            Dengan makalah ini tujuan yang ingin dicapai adalah :
1.        Memahami konsep populasi secara tepat individu sejenis dalam suatu
habitat.
2.    Memahami konsep ukuran dan kepadatan populasi.
3.    Memahami konsep pertumbuhan populasi.
4.    Memahami metode pengukuran populasi.

Manfaat
            Manfaat yang ingin dicapai dalam penyusunan makalah ini adalah:
1.    Memahami konsep populasi secara tepat.
2.    Memahami konsep ukuran dan keadatan populasi.
3.    Memahami konsep pertumbuhan populasi
4.    Memahami metode pengukuran populasi.

 
PEMBAHASAN

Pengertian Populasi
Populasi adalah kumpulan individu dari suatu jenis organisme. Pengertian ini dikemukakan untuk menjelaskan bahwa individu-individu suatu jenis organisme dapat tersebar luas di muka bumi, namun tidak semuanya dapat saling berhubungan untuk mengadakan perkawinan atau pertukaran informasi genetik, karena tempatnya terpisah. Individu-individu yang hidup disuatu tempat tertentu dan antara sesamanya dapat melakukan perkawinan sehingga dapat mengadakan pertukaran informasi genetik dinyatakan sebagai satu kelompok yang disebut populasi.
Dalam penyebarannya individu-individu itu dapat berada dalam kelompok kelompok, dan kelompok-kelompok itu terpisah antara satu dengan yang lain. Pemisahan kelompok-kelompok itu dapat dibatasi oleh kondisi geografis atau kondisi cuaca yang menyebabkan individu antar kelompok tidak dapat saling berhubungan untuk melakukan tukar menukar informasi genetik. Populasi-populasi yang hidup secara terpisah ini di sebut deme. Sebagai contoh, populasi banteng di Pulau Jawa terpisah menjadi dua subpopulasi, yang satu terdapat di kawasan Taman Nasional Baluran yang terletak di ujung timur, yang lain terdapat di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon yang berada di ujung barat Pulau Jawa. Jika isolasi geografis atau cuaca itu menyebabkan hewan sama sekali tidak dapat melakukan pertukaran informasi genetik, maka antara kelompok yang satu dengan yang lain bisa terdapat variasi-variasi genetik sebagai akibat seleksi alam yang terjadi di tempat masing-masing. Namun, jika ada kejadian yang memungkinkan dua populasi yang terpisah dapat bersatu, pertukaran informasi genetik dapat berlangsung.
 
Ciri-ciri Dasar Populasi
Ada dua ciri dasar populasi, yaitu : ciri biologis, yang merupakan ciri-ciri yang dipunyai oleh individu-individu pembangun populasi itu, serta ciri-ciri statistik, yang merupakan ciri uniknya sebagai himpunan atau kelompok individu-individu yang berinteraksi satu dengan lainnya
1.      Ciri-ciri biologi
Seperti halnya suatu individu, suatu populasi pun mempunyai ciri-ciri biologi, antara lain :
a.      Mempunyai struktur dan organisasi tertentu, yang si fatnya ada yang konstan dan ada pula yang berfluktuasi dengan berjalannya waktu (umur)
b.  Ontogenetik, mempunyai sejarah kehidupan (lahir, tumbuh, berdiferensiasi, menjadi tua  = senessens, dan mati)
c.      Dapat dikenai dampak lingkungan dan memberikan respons terhadap perubahan  lingkungan
d.      Mempunyai hereditas
e.    Terintegrasi oleh faktor- faktor hereditaa oleh faktor- fektor herediter (genetik) dan ekologi (termasuk dalam hal ini adalah kemampuan beradaptasi, ketegaran reproduktif dan persistensi. Persistensi dalam hal ini adalah adanya kemungkinan untuk meninggalkan keturunanuntuk waktu yang lama.

2.      Ciri-ciri statistik
Ciri- ciri statistik merupakan ciri- ciri kelompok yang tidak dapat di terapkan pada individu, melainkan merupakan hasil perjumpaan dari ciri- ciri individu itu sendiri, antara lain:
a.    Kerapatan (kepadatan) atau ukuran besar populasi berikut parameter-parameter utama yang mempengaruhi seperti natalitas, mortalitas, migrasi, imigrasi, emigrasi.
b.      Sebaran (agihan, struktur) umur
c.      Komposisi genetik (“gene pool” = ganangan gen)
d.      Dispersi(sebaran individu intra populasi

Kerapatan Populasi dan Cara Pengukurannya
Kerapatan populasi adalah ukuran besar populasi yang berhubungan dengan satuan ruang (area), yang umumnya diteliti dan dinyatakan sebagai jumlah (cacah) individu dan biomasa persatuan luas, persatuan isi (volume) atau persatuan berat medium lingkungan yang ditempati. Misalnya, 50 individu tikus sawah per hektar, 300 individu keratela sp (zooplankton) per meter kubik air, 3 ton udang per hektar luas permukaan tambak, atau 50 individu afik (kutu daun) per daun.
Pengaruh populasi terhadap  komunitas dan ekosistem tidak hanya tergantung kepada jenis apa dari organisme yang terlibat tetapi tergantung kepada jumlahnya atau kerapatan populasinya kadang kala penting untuk membedakan kerapatan kasar dari kerapatan ekologi (kerapatan spesifik).
Kerapatan kasar adalah kerapatan yang didasarkan atas kesatuan ruang total, sedangkan kerapatan ekologi adalah kerapatan yang didasarkan atas ruang yang benar- benar (sesungguhnya) ditempati (mikro habitat). Contoh : kerapatan afik (kutu daun) per pohon dibandingkan dengan kerapatan afik per daun,
Lebih lanjut, kerapatan populasi suatu hewan dapat dinyatakan dalam bentuk kerapatan mutlak (absolut) dan kerapatan nisbi (relatif). Pada penafsiran kerapatan mutlak diperoleh jumlah hewan per satuan area, sedangkan pada penafsiran kerapatan nisbi nisbi hal itu tidak diperoleh, melainkan hanya akan menghasilkan suatu indeks kelimpahan (lebih banyak atau sedikit, lebih berlimpah atau kurang berlimpah).

Pengukuran kerapatan populasi kebanyakan dilakukan dengan sensus atau metode menggunakan sample (sampling).

A.   Kerapatan mutlak
                   Pengukuran kerapatan mutlak dapat dilakukan dengan cara:
1.    Pencacahan Total (perhitungan menyeluruh)
Metode ini disebut juga sensus yang digunakan untuk mengetahui jumlah nyata dari individu yang hidup dari suatu populasi. Metode ini biasanya diterapkan kepada daerah yang sempit pada hewan yang hidupnya menetap,misalnya porifera dan binatang karang. Metode ini juga dapat digunakan untuk menentukan  populasi hewan  yang berjalan lambat, misalnya jenis hewan dari coelenterata, siput air dan lain- lain.

2.    Metode Sampling (cuplikan)
Pada metode ini, pencacahan dilakukan pada suatu cuplikan (sample), yaitu suatu proporsi kecil dari populasi dan menggunakan hasil cuplikan tersebut untuk membuat taksiran kerapatan (kelimpahan) populasi.
Pemakaian metode ini berhubungan dengan masalah penentuan ukuran dan jumlah cuplikan, oleh karena itu terkait pula dengan metode-metode statistik. Beberapa metode pencuplikan yang digunakan antara lain:  

Metode kuadrat
Pencuplikan dilakukan pada suatu luasan yang dapat berbentuk bujur sangkar, persegi enam, lingkaran dan sebagainya. Prosedur yang umum dipakai disini adalah menghitung semua individu dari beberapa kuadrat yang diketahui ukurannya dan mengekstrapolasikan harga rata- ratanya untuk seluruh area yang diselidiki.
           
Metode menangkap-menandai-menangkap ulang
Metode ini dinamakan juga dengan “mark-recapture”, metode ini mengambil tiga asumsi pokok, yaitu:
1.    Individu-individu yang tidak bertanda maupun yang bertanda ditangkap secara acak.
2.    Individu- individu yang diberi tanda mengalami laju mortalitas yang sama seperti yang tidak bertanda.
3.    Tanda-tanda yang dikenakan pada individu tidak hilang ataupun tidak tampak.
           
Metode removal (pengambilan)
Metode ini umum digunakan untuk menaksir besar populasi mamalia kecil. Asumsi- asumsi dasar yang digunakan dalm metode pengambilan adalah sebagai berikut:
1.    Populasi tetap stasioner selama periode penangkapan.
2.    Peluang setiap individu populasi untuk tertangkap pada setiap perioda panangkapan adalah sama.
3. Probabilitas penangkapan individu dari waktu selama perioda penangkapan adalah sama.

B.   Pengukuran kerapatan nisbi (relatif)
Beberapa diantara pengukuran kelimpahan relatif adalah sebagai berikut :
·    Menggunakan perangkap
·    Menggunakan jala
·    Menghitung jumlah felet faeses
·    Frekuensi vokalisasi, indeks kelimpahan populasi dinyatakan sebagai
     frekuensi bunyi persatuan waktu
·    Tangkaan persatuan usaha
·    Jumlah artifakta
·    Daya makan
·    Kuesioner
·    Sensus tepi jalan
·    Umpan manusia

Parameter Utama Populasi
1.    Natalitas
Merupakan kemampuan populasi untuk bertambah atau untuk meningkatkan jumlahnya, melalui produksi individu baru yang dilahirkan  melalui aktifitas perkembangan.
Laju natalitas: jumlah individu baru per individu atau per betina per satuan waktu.
Ada dua aspek yang berkaitan dengan natalitas ini antara lain :
A.    fertilitas
Tingkat kinerja perkembangbiakan yang direalisasikan dalam populasi, dan tinggi rendahnya aspek ini diukur dari jumlah telur yang di ovovivarkan atau jumlah anak yang dilahirkan.
B.    fekunditas
Tingkat kinerja potensial populasi itu untuk menghasilkan individu baru. Dalam ekologi dikenal dua macam natalitas yaitu:
1.      Natalitas maksimum = n. mutlak (absolut).
2.      Natalitas ekologi = pertambahan populasi dibawah kondisi lingkungan yang spesifik atau sesungguhnya.

2.    Mortalitas
                   Menunjukkan kematian individu dalam populasi.
                   Juga dapat dibedakan dalam dua jenis yakni:
A.    Mortalitas ekologik = mortalitas yang direalisasikan yakni,matinya individu dibawah kondisi lingkungan tertentu.
B.    Mortalitas minimum (teoritis), yakni matinya individu dalam kondisi lingkungan yang ideal, optimum dan mati semata-mata karena usia tua.

            3.    Emigrasi, imigrasi dan migrasi.
                   Ketiga istilah diatas bersangkut paut dengan perpindahan.
·     Emigrasi  : perpindahan keluar dari area suatu populasi.
·    Imigrasi   : perpindahan masuk ke dalam suatu area populasi dan  mengakibatkan meningkatkan kerapatan
·    Migrasi   : menyangkut perpindahan (gerakan) periodik berangkat dan kembali dari populasi.

Distribusi Individu dalam Populasi
            Distribusi individu dalam populasi, sering kali disebut sebagai dispersi atau pola penjarakan (pola penyebaran) secara umum dapat di bedakan atas 3 pola utama yaitu:
1.    Acak (Random)
            Pada pola sebaran ini peluang suatu individu untuk menempati sesuatu situs dalam area yang di tempati adalah sama, yang memberikan indikasi bahwa kondisi lingkungan bersifat seragam. Keacakan berarti pula bahwa kehadiran individu lainnya. Dalam sebaran statistik, sebaran acak ini ditunjukkan oleh varians (S) yang sama dengan rata-rata (x).
2.    Teratur (Seragam, unity)
            Pola sebaran ini terjadi apabila diantara individu-individu dalam populasi terjadi persaingan yang keras atau ada antaroganisme positif oleh adanya teritori-teritori terjadi penjarakan yang kurang lebih merata. Pola sebaran teratur ini relatif jarang terdapat di alam. Lewat pendekatan statistik, pola sebaran teratur ini di tunjukkan oleh varians (S) yang lebih kecil dari rata-rata (x).

3.    Mengelompok (Teragregasi, Clumped)
            Merupakan pola sebaran yang relatif paling umum terdapat di alam pengelompokan itu sendiri dapat terjadi oleh karena perkembangbiakan, adanya atraksi sosial dan lain-lain. Lewat pendekatan statistik, pola sebaran menelompok ini varians (S) yang lebih besar dari rata-rata (x)

Struktur Umur Populasi
       Untuk menggambarkan sebaran umur dalam populasi, dapat di lakukan dengan mengatur data kelompok usia dalam bentuk suatu poligon atau piramida umur. Dalam hal ini jumlah individu atau persentase jumlah individu dari tiap kelas usia di gambarkan sebagai balok-balok horizontal dengan panjang relatif tertentu. Secara hipotesis, ada tiga bentuk piramida umur populasi, yakni :
1.    populasi yang sedang berkembang
2.    populasi yang stabil
3.    populasi yang senesens (tua)

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran populasi
• Distribusi sumberdaya
• Perilaku sosial (pada hewan)
• Faktor lain (interaksi organisme, tempat berlindung, oksigen terlarut, dll)

Kepadatan dan pola penyebaran populasi merupakan faktor penting untuk analisis dinamika populasi

Pertumbuhan Populasi
Suatu populasi akan mengalami pertumbuhan, apabila laju kelahiran di dalam populasi itu lebih besar dar laju kematian, dengan mengasumsikan bahwa laju emigrasi.
                        Dikenal dua macam bentuk pertumbuhan populasi, yakni bentuk pertumbuhan eksponensial ( dengan bentuk kurva J) dan bentuk pertumbuhan sigmoid (dengan bentuk kurva S)
1.    Pertumbuhan Eksponensial
Pertumbuhan populasi bentuk eksponensial ini terjadi bilamana populasi ada dalam sesuatu lingkungan ideal baik, yaitu ketersediaan makanan, ruang dan kondisi lingkungan lainnya tidak beroperasi membatasi, tanpa da persaingan dan lain sebagainya. Pada pertumbuhan populasi yang demikian kerapatan bertambah dengan cepat secara eksponensial dan kemudian berhenti mendadak saat berbagai faktor pembatas mulai berlaku mendadak.
2.    Pertumbuhan Sigmoid
Pada pertumbuhan populasi yang berbentuk sigmoid ini, populasi mula-mula meningkat sangat lambat (fase akselerasi positif). Kemudian makin capet sehingga mencapai laju peningkatan secara logaritmik (fase logaritmik), namun segera menurun lagi secara perlahan dengan makin meningkatnya pertahanan lingkungan, misalnya yang berupa persaingan intra spesies (fase akselerasi negatif) sehingga akhirnya mencapai suatu tingkat yang kurang lebih seimbang (fase keseimbangan). Tingkat populasi yang merupakan asimptot atas dari kurva sigmod, yang menandakan bahwa populasi tidak dapat meningkat lagi di sebut daya dukung (K= suatu konstanta). Jadi daya dukung suatu habitat adalah tingkat kelimpahan populasi maksimal (kerapatan jumlah atau biomasa) yang kelulus hidupannya dapat di dukung oleh habitat tersebut.

Faktor pembatas pertumbuhan populasi
• Tergantung kepadatan : makanan dan ruangan
• Tidak tergantung kepadatan :iklim dan bencana alam
Faktor pembatas menyebabkan spesies menerapkan strategi untuk bertahan hidup.

Contoh Dinamika Populasi (Kelangkaan Hewan)
          Kelangkaan suatu hewan dapat ditinjau dari aspek kelimpahan, tepatnya intensitas (kerapatan) dan prevalensi menunjukkan jumlah atau ukuran area-area yang di tempati spesies itu atau cacah dan besarnya daerah yang dialami oleh makhluk di dalam kawasan secara keseluruhan.
          Suatu spesies hewan yang prevalensinya tinggi (= prevalen) dapat lebih sering dijumpai, sebab daerah penyebarannya luas, maka lebih sering dijumpai, sebab daerah penyebarannya luas, maka lebih mudah di jumpai dimana-mana. Berbada halnya dengan suatu spesies yang prevalensinya rendah, karena daerah penyebarannya sempit hanya dapat di jumpai pada tempat-tempat tertentu saja (= terlokalisasi).
          Adapun faktor-faktor penyebab punahnya hewan  yang berkaitan dengan  tindakan manusia itu antara lain sebagai berikut :
1.   Habitat hilang atau mengalami degradasi
Manusia banyak mengganggu habitat dalam melakukan tindakan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Gangguan habitat itu ada yang sampai menyebabkan habitat hilang, ada yang mengalami degradasi dan paling tidak ada habitat yang terganggu. Beberapa contoh habitat yang hilang, rusak atau terganggu karena terganggu oleh perbuatan manusia adalah sebagai berikut.
a.    Hutan di tebang untuk di jadikan daerah pemukiman. Ini merupakan contoh hilangnya habitat. Perubahan hutan menjadi daerah perumahan, terutama perumahan di daerah perkotaan menyebabkan pohon-pohonan dan tumbuhan lain di tebang habis.
b.    Kerusakan terumbu karang karena ledakan dinamit yang di gunakan orang untuk menangkap ikan. Penangkapan ikan dengan menggunakan dinamit pada umumnya di lakukan di daerah yang dangkal yang banyak di huni oleh hewan-hewan karang. Ledakan dinamit di tempat tersebut dapat merusak terumbu karang.

2.   Fragmentasi habitat
Pembuatan jalan, pengembangan daerah pertanian dan pembuatan daerah pemukiman di lingkungan habitat yang luas tidak menghilangkan habitat secara keseluruhan. Jalan, perkebunan, dan kota yang di bangun orang menyebabkan habitat terpisah-terpisah. Pemisahan itu menyebabkan habitat terpecah menjadi kecil-kecil, sehingga menyebabkan hewan terkungkung pada lingkungan sempit yang tidak memungkinkan hewan tumbuh dan berkembangbiak secara optimal.
3.    Pemburuan komersial.
Pemburuan komersial adalah pemburuan binatang sebagai upaya untuk memperoleh penghasilan bukan untuk rekreasi.
4.    Faktor lain
Di negara-negara yang wilayahnya luas, misalnya Amerika Serikat, jalan raya yang menghubungkan kota dengan kota lain amat panjang. Jalan itu melintasi tempat-tempat yang masih di huni oleh hewan liar, masalnya hutan dan padang rumput. Jalan itu memisahkan kawasan tersebut menjadi dua bagian, yaitu di kiri dan di kanan jalan. Hewan-hewan liar yang hidup di kawasan itu sering kali menyeberang jalan pada malam hari. Di antara hewan-hewan itu banyak yang terlindas kendaraan yang melintas di jalan tersebut.

Dinamika Populasi
Merupakan ilmu yang mempelajari pertumbuhan serta pengaturan populasi. Hal ini tentu berkaitan dengan parameter populasi. Khusus di dalam pengaturan kerapatan populasi dikenal adanya mekanisme “density dependent” (mekanisme yang bergantung kepada kerapatan) dan mekanisme “density independent” (mekanisme yang tak bergantung pada kerapatan).
            Secara umum, aspek-aspek yang dipelajari dalam dinamika populasi adalah:
1.    Populasi sebagai komponen dari sistem lingkungan.
2.    Perubahan jumlah individu dalam populasi.
3.    Tingkat penurunan, peningkatan, penggantian individu dan proses yang menjaga kestabilan jumlah individu dalam populasi.
4.    Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perubahan jumlah individu dalam populasi.

 
PENUTUP

Kesimpulan
Dinamika populasi adalah pengetahuan yang mempelajari pertumbuhan populasi organisme. Populasi adalah individu-individu yang hidup disuatu tempat tertentu dan antara sesamanya dapat melakukan perkawinan sehingga dapat mengadakan pertukaran informasi genetik dinyatakan sebagai satu kelompok.
Ada dua ciri dasar populasi, yaitu :ciri biologis, yang merupakan ciri-ciri yang dipunyai oleh individu-individu pembangun populasi itu, serta ciri-ciri statistik, yang merupakan ciri uniknya sebagai himpunan atau kelompok individu-individu yang berinteraksi satu dengan lainnya
Ukuran populasi menyatakan banyaknya individu  anggota populasi di suatu daerah tertentu. Jika daerah penyebaran populasi luas sehingga pengukuran populasi secara menyeluruh sulit di lakukan, besarnya ukuran populasi yang di gunakan adalah kepadatan populasi, yang menyatakan individu persatuan luas tertentu. Ukuran dan kepadatan populasi dapat di ukur dengan metode sensus, sampling atau pengukuran nisbi.
Populasi dapat tumbuh cepat atau lambat. Kecepatan pertumbuhan populasi di tentukan dengan perbedaan angka kelahiran dan angka kematian. Kecepatan pertumbuhan populasi itu di pengaruhi oleh jumlah kematian sebelum mencapai umur reproduktif, dan ketahanan hidup pada umur tertentu.


DAFTAR PUSTAKA

Susanto, pudyo. 2000. Ekologi Hewan. Jakarta : Departemen Pendidikan Dan
               Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

Tim Dosen. 2008. Dasar-Dasar Ekologi Hewan. Medan : FMIPA UNIMED

Zulkifli, hilda. 1996. Biologi Lingkungan. Jakarta : Departemen Pendidikan Dan
       Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.