Sunday, September 1, 2013

Hubungan Kayu dan Air - Dasar Teknologi Kayu



“HUBUNGAN KAYU DAN AIR”


PENDAHULUAN


Latar Belakang
      
Kayu berasal dari pohon. Namun demikian, tidak semua tumbuhan memiliki batang berkayu. Kriteria yang umum digunakan sebagai ciri untuk membedakan tumbuhan berkayu dan tumbuhan tidak berkayu adalah tumbuhan berkayu haruslah tumbuhan Vaskuler, artinya memiliki jaringan pengangkut (Xylem dan Phloem), tumbuhan tersebut perennial, artinya dapat berumur beberapa tahun, tumbuhan tersebut dapat hidup dari tahun ke tahun dan mempunyai batang, dan tumbuhan tersebut mengalami penebalan sekunder, artinya mempunyai batang yang bertambah besar (menambah diameter). Pada umumnya ada tiga macam tumbuhan berkayu : pohon, semak, dan liana berkayu.
                  Setiap potong kayu, tanpa memperhatikan asalnya, memiliki beberapa ciri secara umum yaitu semua kayu adalah struktur bersel, bersifat anisotropis, yaitu menunjukan adanya perbedaan sifat fisika bila diamati pada ketiga arah yang bebeda (tangensial, longitudinal, dan radial), bersifat higroskopis, yaitu melepas dan mengisap air/uap air sebagai akibat perubahan suhu dan kelembaban lingkungan, dapat dihancurkan secara biologis, dapat terbakar, cukup tahan terhadap bahan kimia, dan kayu cukup awet.
     Diantara sifat kayu tadi, salah satunya ialah sifat higroskopisitasnya.Sifat higroskopisitas kayu tidak lain adalah akibat adanya hubungan kayu dengan air.


 PEMBAHASAN


Pengertian Kayu

     Kayu merupakan bahan organic yang terdiri dari selulosa, hemiselulosa dan lignin serta zat ekstraktif. Kayu juga merupakan salah satu produk alam berupa bahan berlignosesulosa hasil proses fotosintesis dari tumbuhan berupa pohon. Pohon didefinisikan sebagai tanaman berkayu yang mempunyai tinggi 15-20 kaki atau lebih dengan batang pokok yang tunggal. Pertambahan volume pada batang pohon terjadi karena pertumbuhan tinggi dan diameter. Pertumbuhan memanjang pohon merupakan hasil peningkatan jaringan yang berasal dari meristem apical pada ujung pohon dan pertambahan diameter terjadi karena meristem lateral yaitu cambium vaskuler antara xylem (kayu) dan phloem (kulit).

Sifat Kayu hubungannya dengan air

      Kayu yang tersusun oleh lignoselusosa menyebabkan kayu bersifat higroskopis yaitu menyerap air pada kondisi lebih kering dan akan melepas air pada kondisi lebih basah dari lingkungannya. Susunan sel yang berbeda pada bidang yang terdapat pada kayu menyebabkan kayu memiliki sifat yang berbeda pada tiga bidang yang dimilikinya yaitu tangensial, radial, dan longitudinal yang biasa disebut dengan sifat anisotropis. Sebagai akibat dari sifat higroskopis dan anisotropis menyebabkan kayu memiliki karakteristik yang unik dibandingkan bahan lain yaitu mengalami kembang susut yang berbeda pada arah tiga dimensinya (tangensial, radial, dan longitudinal).
      Kelembaban kayu sangat dipengaruhi oleh kelembaban dan suhu udara pada suatu saat. Makin lembab udara di sekitarnya akan makin tinggi pula kelembaban kayu sampai keseimbangan dengan lingkungannya. Dengan masuknya air ke dalam kayu itu, maka berat kayu akan bertambah. Selanjutnya masuk dan keluarnya air dari kayu menyebabkan kayu itu basah atau kering. Akibatnya kayu itu akan mengembang atau menyusut (Dumanauw,2003).
Perubahan-perubahan kadar air umumnya sangat besar pada permukaan kayu dimana perubahan-perubahan kadar air berlangsung cepat. Sebaliknya di bagian dalam kayu perubahan kadar air lembih lambat, sebab waktu yang dibutuhkan oleh air untuk berdifusi dari atau ke bagian luar kayu lebih lama. Oleh karena itu, dalam sepotong kayu umumnya terdapat dua kelainan kadar air kayu, yaitu kadar yang rendah (kecil) pada permukaan kayu dan kadar air yang tinggi (besar) pada bagian dalam kayu.
     Diantara sifat fisis kayu yang paling penting adalah berat jenis dan sifat higroskopisitasnya. Sifat higroskopisitas kayu tidak lain adalah akibat adanya hubungan kayu dengan air.
     Kayu bersifat higroskopis yaitu menyerap air pada kondisi lebih kering dan akan melepas air pada kondisi lebih basah dari lingkungannya. dan umumnya pohon yang masih berdiri mengandung air hingga 200 – 300 % dari volume pohon tersebut. Apabila pohon ditebang dan kayunya diambil, maka kayu tersebut akan mulai kehilangan kadar airnya karena tidak lagi mampu menyerap air dan akan melepaskan air karena kondisi lingkungan disekitarnya.
     Kadar air kayu berturut-turut dimulai dari kondisi segar, basah, titik jenuh serat, kadar air tertentu, kering udara dan kering tanur. Brown et al. (1952) menyatakan kadar air kayu adalah banyaknya air yang terdapat dalam kayu yang dinyatakan dalam persen terhadap berat kering tanurnya. Dengan demikian standar kekeringan kayu adalah pada saat kering tanur.

Kandungan air dalam Kayu

     Air di dalam kayu terdiri dari dua bentuk air terikat dan air bebas. Air terikat adalah air yang terdapat pada dinding sel. Air bebas terdapat pada rongga sel. Jumlah air bebas tergantung porositas dan volume kayu (Siau, 1971).
     Air dalam kayu tediri dari air bebas dan air terikat dimana keduaanya secara bersama-sama menentukan kadar air kayu.
     Air dalam kayu segar teletak di dalam dinding sel dan dalam rongga kayu. Apabila kayu dikeringkan selama pengelolaan semua cairan dalam rongga sel dikeluarkan. Akan tetapi, rongga sel akan selalu berisi sejumlah uap air. Selama terdapat air di dalam rongga sel, dinding sel akan jenuh. Selain itu, kebanyakan sifat fisis kayu (selain berat) tidak dipengaruhi oleh perbedaan mengenai banyaknya air dalam rongga sel (Haygreen dan Bowyer, 1996). Dalam satu pohon kadar air segar bervariasi tergantung tempat tumbuh dan umur pohon (Haygreen dan Bowyer, 1993).
                 Kollmann dan Cote (1968) menyatakan bahwa biasanya kayu akan bertambah kuat apabila terjadi penurunan kadar air, terutama bila terjadi dibawah titik jenuh serat.  Berat, penyusutan, kekuatan dan sifat lainnya tergantung pada kadar air kayu.


 PENUTUP

Kesimpulan

·      ciri untuk membedakan tumbuhan berkayu dan tumbuhan tidak berkayu adalah tumbuhan berkayu haruslah tumbuhan Vaskuler, artinya memiliki jaringan pengangkut (Xylem dan Phloem), tumbuhan tersebut perennial, artinya dapat berumur beberapa tahun, tumbuhan tersebut dapat hidup dari tahun ke tahun dan mempunyai batang, dan tumbuhan tersebut mengalami penebalan sekunder, artinya mempunyai batang yang bertambah besar (menambah diameter).

·      Ciri-ciri umum kayu ialah struktur bersel, bersifat anisotropis, yaitu menunjukan adanya perbedaan sifat fisika bila diamati pada ketiga arah yang bebeda (tangensial, longitudinal, dan radial), bersifat higroskopis, yaitu melepas dan mengisap air/uap air sebagai akibat perubahan suhu dan kelembaban lingkungan, dapat dihancurkan secara biologis, dapat terbakar, cukup tahan terhadap bahan kimia, dan kayu cukup awet.

·      Diantara sifat kayu, salah satunya ialah sifat higroskopisitasnya. Sifat higroskopisitas kayu tidak lain adalah akibat adanya hubungan kayu dengan air.

·      Kayu yang tersusun oleh lignoselusosa menyebabkan kayu bersifat higroskopis yaitu menyerap air pada kondisi lebih kering dan akan melepas air pada kondisi lebih basah dari lingkungannya.

·      Masuknya air ke dalam kayu, maka berat kayu akan bertambah. Selanjutnya masuk dan keluarnya air dari kayu menyebabkan kayu itu basah atau kering. Akibatnya kayu itu akan mengembang atau menyusut (Dumanauw,2003).

·      Dalam sepotong kayu umumnya terdapat dua kelainan kadar air kayu, yaitu kadar yang rendah (kecil) pada permukaan kayu dan kadar air yang tinggi (besar) pada bagian dalam kayu.

·      Kadar air kayu berturut-turut dimulai dari kondisi segar, basah, titik jenuh serat, kadar air tertentu, kering udara dan kering tanur. Brown et al. (1952) menyatakan kadar air kayu adalah banyaknya air yang terdapat dalam kayu yang dinyatakan dalam persen terhadap berat kering tanurnya. Dengan demikian standar kekeringan kayu adalah pada saat kering tanur.

·      Air di dalam kayu terdiri dari dua bentuk air terikat dan air bebas. Air terikat adalah air yang terdapat pada dinding sel. Air bebas terdapat pada rongga sel.

·      Kollmann dan Cote (1968) menyatakan bahwa biasanya kayu akan bertambah kuat apabila terjadi penurunan kadar air, terutama bila terjadi dibawah titik jenuh serat.  Berat, penyusutan, kekuatan dan sifat lainnya tergantung pada kadar air kayu.



No comments:

Post a Comment